OmahKido: Kami siap melayani anda untuk memenuhi kebutuhan Pembayaran Tagihan, Pembelian Pulsa HP, Pembelian Tiket Pesawat dan KAI

Wednesday, May 26, 2010

Jogja Bergetar

Empat tahun yang lalu, sekitar pukul 5.00 wib pulang dari Shooternet dengan harapan sesampainya di rumah langsung tidur nyenyak. Akhirnya tibalah di dikamar dan langsung mengambil posisi untuk tidur terlelap. Mata sudah terpejamkan, dan sepertinya sudah sampai di gerbang mimpi. Belum juga sampai masuk ke dalam dunia mimpi bahkan gerbangpun belum terbuka, terdengar teriakan yang tidak lain itu adalah teriakan Ibu, yang berseru mengucapkan doa kepada Tuhan dengan nada ketakutan. Kebingungan muncul, suara itu kuyakini suara Ibu namun darimanakah suara itu, dari dalam gerbang mimpi ataukah suara nyata Ibu yang ada dirumah?

Semakin keras dan semakin nyatalah suara itu, kemudian dibarengi dengan tubuhku ini yang seperti digoyangkan ke berbagai arah yang tak tentu. Terbukalah mataku untuk dunia nyata, dan kusadari dengan jelas bahwa bumiku sedang bergetar dengan begitu hebatnya. Kuhampiri Ibu dan kamipun saling bantu berusaha sesegera mungkin keluar dari rumah.

Kunci pintu rumah sudah berada di lobangnya, pintu pun sudah sedikit, namun itu belum cukup untuk kami bisa melewat pintu itu. Kami terus berusaha dengan harapan kami tidak ingin terluka karena keadaan ini. Bumi masih terus bergetar, kamipun belum juga bisa keluar dari rumah ini.

Bumi berhenti berguncang, barulah kami bisa keluar melewati pintu itu. Berlarilah kami ke halaman depan yang menurut kami aman bagi kami, dan diluarpun ternyata semua warga kampung sudah berada diluar rumahnya masing-masing dengan raut muka takut, sedih, dan juga tangisan dari bayi sampai dengan orang tua terdengar saat itu.
Ucapan puji syukur pertamaku adalah seluruh keluargaku di rumah itu selamat dari amukan bumi yang aku sadari tidak punya kompromi.
Setelah beberapa waktu berlalu, aku dan kami semua di tempat itu sudah merasa sedikit tenang, mencarilah sumber getaran itu, kami semuapun bisa serentak melihat ke arah utara, ya..ke arah Gunung Merapi, yang mana dalam beberapa minggu terakhir kondisinya lagi tidak bersahabat. Namun sepertinya Gunung Merapi masih seperti hari-hari sebelumnya, masih terlihat baik-baik saja. Kami semuapun merasa tersentak karena mengetahui bahwa sumber sebenarnya berada di selatan, di Pantai Selatan.

Gempa ini bukan gempa vulkanik tetapi gempa tektonik. Belum juga kami kembali tenang total dan mencoba kembali ke dalam rumah untuk mengecek apakah Gempa tersebut meninggalkan jejak di dalam rumah dengan kerusakan yang mungkin terjadi, terdengarlah suara teriakan-teriakan dari berbagai arah yang mana kata-kata yang terucapkan suatu kata-kata yang bukannya membuat kami menjadi lebih tenang tapi jelas membuat kami menjadi merasa takut dan bingung. Tsunamiiii....Tsunamiiii... itulah teriakan yang terucapkan. Beberapa dari kami pun langsung mengambil sikap untuk lari seribu langkah ke arah utara. Namun banyak dari kami mencari informasi akan kebenaran dari informasi tersebut terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan. Dan ternya memang benar, informasi adanya Tsunami itu hanya lontaran dari para provokator atau mungkin dari orang-orang yang benar-benar ketakutan, karena pusat Gempa berada di Pantai Selatan, dan belum hilang dari ingatan bahwa negara ini baru saja terkena bencana Gempa yang dahsyat yang juga mengakibatkan Tsunami yang begitu hebatnya.

Dipastikan bahwa tidak ada efek Tsunami maka kami kembali mencoba menenangkan diri lagi. Aku mencoba untuk melihat keadaan sekitar, aku berjalan menuju ke depan di jalan raya dekat rumah, yaitu Jalan Taman Siswa, ketakutanku kembali muncul dengan melihat kondisi jalan itu yang dipenuhi dengan orang baik yang berlarian, yang menggunakan mobil, dan banyak yang menggunakan motor, semua bergerak mengarah ke utara dengan jelas raut wajah mereka ada suatu ketakutan Tsunami yang akan melanda kota Jogja ku yang tercinta ini. Teriakan Tsunami terdengar dari beberapa orang tersebut. Aku mulai sedikit tersadar bahwa Gempa kali ini sepertinya meninggalkan jejak yang sangat parah, ini bisa aku lihat dari orang-orang yang bergerak ke arah utara itu ada yang berlumuran darah, keadaan kendaraan mereka yang beberapa mengalami kerusakan karena tertimpa reruntuhkan tembok rumah ataupun barang-barang lainnya.

Kembali kerumah dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah, dan ternyata rumah kami pun bisa dibilang rusak dan hampir tidak mungkin kami tinggali lagi, tapi yang paling penting adalah seluruh keluarga kami selamat.

Kami sekeluarga dan bersama beberapa keluarga di sekitar rumahku, hidup didalam tenda yang kami bangun di halaman depan rumahku untuk beberapa hari.

Marilah kita memanjatkan doa bagi semua para korban, baik yang meninggal, korban cacat permanen, korban yang kehilangan satu atau sebagian besar keluarganya. Semoga hal ini tidak terulang kembali di bumi kita tercinta ini, dan puji syukur bagi kita semua yang masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidup sampai hari ini.

2 comments:

Sudinotakim said...

Moga kejadian gempa itu tidak terulang lagi...

OmahKido said...

Amin..